Kasus Keberhasilan & Kegagalan Difusi Inovasi di Indonesia
Teori Diffusion of
Innovations yang dikembangkan Rogers adalah suatu teori yang berusaha
menjelaskan bagaimana, mengapa, dan seberapa cepat ide-ide baru dan teknologi
menyebar melalui berbagai budaya. Difusi inovasi adalah proses dimana suatu
inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara
para anggota suatu sistem sosial. Artinya difusi inovasi bisa berbeda prosesnya
serta berbeda juga hasilnya pada berbagai bentuk ide atau teknologi baru. Ada 4
elemen difusi yang mempengaruhi proses yaitu:
1.
Inovasinya,
yaitu ide, praktek atau objek yang dianggap baru oleh masayarakat.
2.
Saluran
komunikasi dimana pesan diteruskan dari individu ke individu.
3.
Waktu,
yaitu rentang waktu yang diperlukan dalam penciptaan ide baru serta waktu
adopsi dalam suatu sistem sosial.
4.
Sistem
sosial, suatu kesatuan yang saling terkait yang terlibat dalam pemecahan
masalah secara bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Rogers juga menyampaikan beberapa faktor yang mempengaruhi difusi
inovasi diantaranya karakteristik inovasi, karakteristik individu, dan
karakteristik jaringan sosial. Faktor-faktor ini ikut mempengaruhi proses
difusi inovasi ke masyarakat.
Keberhasilan difusi teknologi informasi yang sangat masif dalam
masyarakat kita adalah salah satu contoh kasus dimana proses difusi inovasi
berlangsung sukses dalam jangka pendek. Contoh bisa dilihat pada begitu
cepatnya penyebaran ponsel di masyarakat. Disini terlihat bahwa semua elemen
difusi berfungsi baik dalam kasus ini. Inovasi memang memiliki nilai manfaat
yang sangat tinggi serta berlangsung cepat dan selalu menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat, saluran komunikasi sangat banyak dan lancar mengalirkan
berbagai informasi terbaru ke masyarakat, waktu proses inovasi juga sangat
cepat serta proses adopsi berlangsung singkat, dan didukung oleh sistem sosial
yang juga mendukung.
Dalam kasus pengenalan dan implementasi peraturan wajib helm bagi
pengendara sepeda motor diperlukan waktu lebih panjang. Kemungkinan karena
faktor waktu adopsi yang juga dibuat bertahap oleh pihak berwajib untuk
menghindari shock di masyarakat karena penerapan atau adopsi yang terlalu
mendadak. Faktor lain bisa karena sistem sosial yang kurang mendukung bahkan
cenderung menentang di awal pengenalan teknologi ini. Dalam kasus pengenalan
biogas dari kotoran sapi untuk bahan bakar rumah tangga, kemungkinan kegagalan
adalah pada sifat inovasi yang kurang cocok dengan budaya lokal kita yang
didukung oleh sistem sosial yang ada. Masyarakat kita menganggap bahwa kotoran
sapi adalah suatu hal yang “menjijikkan” dan bukan pada tempatnya dipakai dan
dibawa ke proses pengolahan makanan. Akan sangat sulit bagi bangsa Indonesia
untuk merubah paradigma tersebut. Artinya eleman pertama dan keempat yaitu
produk inovasinya sendiri serta sistem sosial sudah mengandung kelemahan.
Karenanya proses difusi inovasi yang terjadi mandek dan tidak berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar